Aortic Healthwork Indonesia > Practical Recommendation
Kidney Failure Communication Dalam Praktik Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Team : Aortic Healthwork Indonesia
Sabtu, 25 Januari 2025
Team : Aortic Healthwork Indonesia
Sabtu, 25 Januari 2025
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan kondisi progresif yang membutuhkan penanganan jangka panjang dan pendekatan multidisiplin. Selain intervensi medis seperti dialisis dan terapi obat, keberhasilan penanganan PGK sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien. Dalam konteks rumah sakit, komunikasi kesehatan (health communication) harus menjadi bagian integral dari strategi promosi kesehatan, guna memastikan kepatuhan pasien, mengurangi beban komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Komunikasi promosi kesehatan pada pasien PGK tidak cukup hanya menyampaikan informasi medis, tetapi harus mampu membentuk pemahaman, sikap dan perilaku yang adaptif terhadap kondisi kronis. Konsep ini dikenal sebagai Kidney Failure Communication, suatu pendekatan strategis dalam promosi kesehatan rumah sakit untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Dialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang penting ketika fungsi penyaringan ginjal sudah sangat menurun. Namun, keberhasilan dialisis sangat bergantung pada kepatuhan pasien terhadap jadwal terapi. Banyak pasien yang absen dari sesi dialisis karena ketidaktahuan, ketakutan atau alasan praktis lainnya.
Mengapa komunikasi menjadi penting?
Karena pasien perlu diyakinkan bahwa keterlambatan atau ketidakhadiran dalam sesi dialisis bukanlah hal sepele. Hal tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti edema paru, kejang hingga gangguan jantung. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu menggunakan pendekatan edukatif, persuasif dan suportif untuk memastikan pasien memahami urgensi dan manfaat dari kepatuhan terhadap jadwal dialisis. Intervensi sederhana seperti pengingat melalui WhatsApp, penggunaan log-book kepatuhan serta sesi edukasi kelompok yang dilakukan oleh perawat atau pasien senior terbukti membantu meningkatkan kepatuhan terhadap terapi dialisis.
Dietetik merupakan salah satu aspek tersulit bagi pasien PGK. Pasien harus membatasi asupan kalium, fosfor, natrium dan cairan, yang semuanya sangat berkaitan erat dengan kebiasaan makan sehari-hari. Di sinilah komunikasi berbasis promosi kesehatan sangat dibutuhkan. Edukasi yang diberikan oleh ahli gizi harus dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami, disesuaikan dengan budaya makanan lokal dan disampaikan secara berulang serta personal. Komunikasi tidak boleh sekadar berupa larangan, tetapi perlu menyertakan alternatif makanan, resep sederhana, serta strategi membaca label makanan agar pasien dapat membuat keputusan yang tepat. Selain itu, melibatkan keluarga sebagai pendamping dietetik merupakan langkah penting, karena makanan sering kali disiapkan oleh orang terdekat, bukan oleh pasien sendiri.
Pasien PGK sering kali menganggap diri mereka terbatas secara fisik. Akibatnya, aktivitas fisik cenderung dihindari. Padahal, aktivitas ringan yang tepat justru dapat memperkuat fungsi kardiovaskular, mengurangi depresi dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Tenaga kesehatan, terutama fisioterapis dan perawat, perlu menyampaikan bahwa aktivitas seperti jalan kaki ringan, latihan peregangan atau yoga sangat bermanfaat dan aman jika disesuaikan dengan kondisi pasien. Pesan yang disampaikan harus membangun kepercayaan diri dan memberi harapan, bukan membatasi. Di sinilah pentingnya komunikasi berbasis motivational interviewing, yang tidak memaksa tetapi menggali motivasi internal pasien untuk tetap aktif dalam batas aman.
Aspek paling mendalam dari Kidney Failure Communication adalah membentuk persepsi yang sehat terhadap penyakit kronis. Banyak pasien PGK yang merasa kehilangan harapan, mengalami tekanan emosional dan tidak lagi optimis terhadap masa depan. Tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk membangun narasi baru yang menunjukkan bahwa hidup dengan PGK tetap bisa dijalani secara bermakna. Memberikan contoh pasien yang berhasil tetap produktif meskipun menjalani hemodialisis, menyampaikan informasi berbasis empati, serta menyediakan akses ke layanan konseling atau support group adalah bagian dari intervensi komunikasi ini. Komunikasi yang baik harus mampu menggeser pasien dari posisi sebagai “korban penyakit” menjadi “pengelola kesehatan” mereka sendiri.
Agar pendekatan Kidney Failure Communication berjalan efektif, rumah sakit perlu mengintegrasikan beberapa komponen berikut ke dalam sistem layanan:
Penyusunan modul komunikasi PGK untuk dokter, perawat dan ahli gizi.
Sesi edukasi kelompok secara rutin bagi pasien dan keluarga.
Integrasi komunikasi edukatif dalam clinical pathway rawat inap maupun rawat jalan.
Pelatihan komunikasi klinis berbasis empati dan motivational interviewing untuk seluruh tenaga kesehatan.
Pemanfaatan media digital untuk edukasi berkelanjutan di luar rumah sakit.
Dengan komunikasi yang humanis, rumah sakit dapat menjadi tempat yang tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga memberdayakan. Kidney Failure Communication harus dapat menguatkan semangat pasien untuk terus hidup sehat dan bermakna.